LOGIS DALAM LOGIKA BERPIKIR - One Day One Post

Breaking

Jumat, 10 Agustus 2018

LOGIS DALAM LOGIKA BERPIKIR


muhammadsaefudin.blogspot.com

Oleh: Dunyati Ilmiah
Apa itu logis dan apa itu logika? Dua kata yang sering menghampiri kehidupan manusia dalam berfikir dan bertindak akan hal yang seharusnya diungkapkan maupun dijalankan. Keduanya memiliki pengaruh untuk seseorang menempatkan diri pada tiap-tiap tempat dalam berkomunikasi dan bermasyarakat.
Dalam Wikipedia Indonesia Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam  bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Ilmu logika mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. (Hendrik Rapar : 1996). Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal. (Wikipedia Indonesia).
Logis sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, masuk akal (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Logis menurut para ahli adalah sesuatu yang bisa diterima oleh akal dan sesuai dengan logika atau benar menurut penalaran. Dengan kata lain logis dapat dikatakan sebagai sebuah pola atau cara berfikir seseorang terhadap suatu hal.
Sering terbesit kata logis dalam berucap suatu jawaban ketika lawan bicara mengutarakan perkataan, sanggahan, maupun pendapat. Kata logis berhubungan langsung dengan logika berfiir manusia. Hanya saja logika sering tidak ditempatkan pada semestinya jika cara berfikirnya didominasi oleh emosi.
Logika memberikan penerangan bagaimana orang berfikir, membedakan cara berfikir tepat dari yang tidak tepat, sesuai dari yang tidak sesuai, boleh dari yang tidak boleh dan tentunya mampu  memilah dengan  benar halal maupun haram.
Alat logika penalaran merupakan proses dalam akal budi yang berupa menghubungkan satu pikiran dengan pikiran atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan. Didasarkan bukan pada suka maupun tidak suka, tapi lebih logis atau tidak logis.
Segala sesuatu ada ilmunya, segala sesuatu yang didasarkan pada ilmu, maka dia logis. Disebut tidak logis kalau tidak didasarkan ilmu. Sesuatu menjadi tidak logis karena belum tahu atau belum menemukan ilmunya.
Ketika sesuatu dipertanyakan tentang “why?” Ternyata tidak ada maupun belum ada jawabannya, berarti tidak atau belum logis. Lalu, ‘bagaimana bisa menerima bahwa itu logis maupun belum logis? sementara dari pola pemahaman yang dia pahami tidak sepadan dengan apa yang diterima (diarahkan)’.  Maka solusinya harus ‘disepadankan’. Jika tidak mau menerima apa yang disepadankan, maka itulah gunanya Alquran sebagai pedoman untuk menjadi standar kesepadanan orang beriman.
Jika berfikir kembali atau menarik diri kebelakang, berfikir sejenak dan memahami ‘apa dasar mausia hadir di dalam kehidupan?’ tentunya dari Pencipta untuk Pencipta dan akan kembali kepada Sang Pencipta. Jika segala permasalahan disandarkan pada sumber atas ketentuannya, maka itu sudah menjadi ketetapan dan ketentuan sempurna. Tak ada yang mampu menandingginya. Jadi, ‘bagaimana Anda logis dalam logika berfikir? Apakah sudah didasarkan pada ketentuan hukumNya’.
Wallahu a'lam bish-shawab.

#Catatan diri untuk logika manusia dalam berfikir. ^^


1 komentar:

Pages