muhammadsaefudin.blogspot.com
Oleh: Dunyati Ilmiah
Apa itu logis dan apa itu logika? Dua kata yang sering
menghampiri kehidupan manusia dalam berfikir dan bertindak akan hal yang
seharusnya diungkapkan maupun dijalankan. Keduanya memiliki pengaruh untuk
seseorang menempatkan diri pada tiap-tiap tempat dalam berkomunikasi dan
bermasyarakat.
Dalam Wikipedia Indonesia Logika berasal dari kata Yunani kuno
λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika
adalah salah satu cabang filsafat.
Ilmu logika mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur. (Hendrik Rapar : 1996). Ilmu di sini mengacu pada
kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut
bisa diartikan dengan masuk akal. (Wikipedia Indonesia).
Logis sesuai dengan logika, benar menurut penalaran,
masuk akal (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Logis menurut para ahli adalah
sesuatu yang bisa diterima oleh akal dan sesuai dengan logika atau benar
menurut penalaran. Dengan kata lain logis dapat dikatakan sebagai sebuah pola
atau cara berfikir seseorang terhadap suatu hal.
Sering terbesit kata logis dalam berucap suatu jawaban
ketika lawan bicara mengutarakan perkataan, sanggahan, maupun pendapat. Kata logis
berhubungan langsung dengan logika berfiir manusia. Hanya saja logika sering
tidak ditempatkan pada semestinya jika cara berfikirnya didominasi oleh emosi.
Logika memberikan penerangan bagaimana orang berfikir,
membedakan cara berfikir tepat dari yang tidak tepat, sesuai dari yang tidak
sesuai, boleh dari yang tidak boleh dan tentunya mampu memilah dengan benar halal maupun haram.
Alat logika penalaran merupakan proses dalam akal budi yang berupa menghubungkan
satu pikiran dengan pikiran atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah
kesimpulan. Didasarkan bukan pada suka maupun tidak suka, tapi lebih logis atau
tidak logis.
Segala sesuatu ada ilmunya, segala sesuatu yang
didasarkan pada ilmu, maka dia logis. Disebut tidak logis kalau tidak
didasarkan ilmu. Sesuatu menjadi tidak logis karena belum tahu atau belum
menemukan ilmunya.
Ketika sesuatu dipertanyakan tentang “why?” Ternyata tidak
ada maupun belum ada jawabannya, berarti tidak atau belum logis. Lalu, ‘bagaimana
bisa menerima bahwa itu logis maupun belum logis? sementara dari pola pemahaman
yang dia pahami tidak sepadan dengan apa yang diterima (diarahkan)’. Maka solusinya harus ‘disepadankan’. Jika
tidak mau menerima apa yang disepadankan, maka itulah gunanya Alquran sebagai
pedoman untuk menjadi standar kesepadanan orang beriman.
Jika berfikir kembali atau menarik diri kebelakang,
berfikir sejenak dan memahami ‘apa dasar mausia hadir di dalam kehidupan?’
tentunya dari Pencipta untuk Pencipta dan akan kembali kepada Sang Pencipta. Jika
segala permasalahan disandarkan pada sumber atas ketentuannya, maka itu sudah menjadi
ketetapan dan ketentuan sempurna. Tak ada yang mampu menandingginya. Jadi,
‘bagaimana Anda logis dalam logika berfikir? Apakah sudah didasarkan pada
ketentuan hukumNya’.
Wallahu a'lam bish-shawab.
#Catatan diri untuk logika manusia dalam berfikir. ^^
Catatan terkeren. Suka.
BalasHapusNoted.