sumber foto : www.google.co.id
Oleh
: Muhammad Rafiyudin
“Bagaimana
bisa aku diterima?” Ujarku dengan kaget, saat Leo memberitahu hasil seleksi PTN
(Perguruan Tinggi Negeri)
Leo
menjawab dengan nada mengejek, sambil memeberi wejangan kepadaku “Ya, bisalah!
Tuhan selalu punya cara untuk hamba-Nya”
Leo adalah sahabat dekatku dari sejak SMP sampai detik ini, postur
badannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu gemuk, rambutnya kriting
seperti ombak Pantai Sawarna, hobinya bermain game online.
Pagi
ini, Leo datang kerumahku yang berada di Dusun Kramat menggunakan motor
legendanya yang bisa dibilang sudah hampir punah. Mengetuk pintu rumah dan
berteriak memanggil namaku. Lalu memberitahu pegumuman itu.
“Heh!
Kamu jangan bercanda Le!” Gumamku dengan nada tinggi, sambil mengusap kantung
mata yang masih berat untuk diangkat.
“Kamu
ini Ris… Ris. Ada tamu membawa kabar gembira, bukannya disuruh duduk, malah
dibentak-bentak” Ketus Leo kepadaku.
“Ah,
kamu ini. Seperti baru pertama kali saja kerumahku. Pake nunggu disuruh dulu.
Biasanya juga langsung ke dapur nyari makanan.”
“Hehehe…”
Dari
dalam rumah, terdengar suara Ibu yang berjalan keluar dengan membawa dompet
kecil warna hitam ditangan kirinya sambil bertanya “Ada siapa Ris? Kok tidak
disuruh masuk”
Leo
dengan sigap menyapa Ibu dan mencium tangan Ibu sebagai tanda sungkem “Eh, Ibu
Lilis. Apa kabar Bu?”
“Oh,
Leo rupanya. Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?”
“Alhamdulillah
Bu, hehe”
“Yasudah,
silahkan dilanjut ya, Ibu mau ke Pasar”
Aku
dan Leo hanya mengangguk dan mencium tangan Ibu, Ibu pun memasukan dompet warna
hitam kedalam saku sebelah kirinya, lalu berangkat meninggalkan aku dan Leo.
***
Pertengahan
2018 adalah awal Aris menginjakan kaki di SMA (Sekolah Menengah Atas) Aris
diterima di SMA Negeri 1 Kuingin. Sekolah yang baru saja diresmikan
penegeriannya satu tahun yang lalu. Aris dan Leo diterima di sekolah yang sama,
namun mereka tidak satu jurusan. Aris masuk kedalam jurusan IPS(Ilmu
Pengetahuan Sosial), sedangkan Leo masuk keadalam Jurusan Bahasa. Tentu saja
ini membuat Aris bekerja keras untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman
barunya di SMA.
Seiring
berjalannya waktu, Aris sudah mulai bisa beradaptasi dengan teman-teman
barunya. Tentu saja, dengan tidak melupakan Leo. Bahkan, Aris membuat sebuah
geng yakni, “Sosial Geng” Tujuan dibuat geng ini adalah untuk mempererat tali
persaudaraan antar anak jurusan IPS. Namun, apadaya geng ini malah melenceng
dari tujuan awalnya, anggota dari geng ini, ialah anak-anak yang bisa dibilang
nakal. Jadi tidak heran jika geng ini
sering berbuat onar di sekolah.
Satu
tahun terlewati, Aris dan gerombolan gengnya semakin menjadi-jadi. Setelah satu
tahun menjadi geng yang dipandang sebelah mata oleh para siswa/I, kini mereka
mulai menonjolkan diri. Namun sangat disayangkan, Aris dan gerombolan gengnya
ini menonjolkan dirin melalui hal-hal negativ, yang seharusnya tidak dilakukan
oleh seorang pelajar. Mereka sering bolos ke warung belakang saat jam
pelajaran, mereka sering merokok di warung Pak Joni pada jam istirahat,
melakukan pemalakan kepada adik kelas dan anak IPA, dan lain sebagainya.
Kegiatan mereka terus sepert itu, hingga pada akhirnya nama geng mereka berada
dalam perbincangan tertinggi di Sekolah. Aris menjadi pemeran utama dalam
setiap kegiatan negativ yang ia dan kawan-kawannya lakukan.
Senin,
16 Juli 2020. Di mana saat itu adalah hari pertama masuk sekolah di tahun
ajaran 2020/2021. Ya, tepatnya pada saat Aris duduk di bangku kelas 3 SMA.
Pukul 09.30 Leo menghampiri Aris yang sedang merokok berasama Resdi, Iwan,
Anto, dan Tuti di warung Pak Joni, Leo dengan raut wajah kesalnya akibat di
panggil oleh guru BK ( bimbingan Konseling) membanting buku catatan Bahasa
Indonesia ke meja yang ada di depan Aris
Prak… “Akan sampai kapan kita
seperti ini!?” Bantingan buku membuat suasana warung Pak Joni menjadi hening
selama beberapa detik. Tuti yang sedang asyik bermain game online bersama
Resdi, Iwan, dan Anto pun bertanya kepada Leo dengan heran “Lu kenapa Le?”
“Iyah
ni, kamu kenapa Le? Kalo ada masalah bicarain baik-baik dong!” Ketus Iwan. Anto dan Resdi hanya melongo melihat Tuti dan
Iwan bertanya kepada Leo, sambil terus memegang ponsel androidnya. Sedangkan
Aris masih tetap duduk santai di kursinya, sambil terus memainkan asap rokok,
Leo
memulai ceramahnya, setelah Tuti dan Iwan bertanya kepadanya “Kalian sadar tidak
sih? Kita sudah kelas 3 guys! Apa kita akan terus seperti ini? melakukan
pemalakan kepada adik kelas dan anak IPA, bolos ke warung belakang pada saat
jam pelajaran?”
“Wih,
ini anak sudah besar ya. Haha” Ejek Tuti setelah mendengar ceramahan Leo.
Ejekan Tuti mengundang Iwan, Resdi, dan Anto tertawa.
“Diam!”
Leo membentak Tuti. Bentakan Leo mengundang Iwan untuk berbicara.
“Eh,
Le! Kamu sama cewek jangan kasar dong! Banci banget sih! Kalo mau main kasar
sama aku sini!” Tantang Iwan kepada Leo.
“Oh
jadi kamu anggap aku Banci? Lebih banci mana sama orang-orang yang sukanya
bolos, ngerokok dan malakin orang!?”
Mendengar
kalimat Leo yang menyinggung hatinya, Aris pun membuang rokoknya ketanah lalu
berdiri menatap Leo, kemudian menghampiri Leo dengan tangan mengepal Buk… Kepalan tangan Aris mendarat keras
di pipi Leo “Maksud kamu apa! Kamu gasuka sama apa yang aku lakuin!?” Susana
warung Pak Joni semakin tegang. Iwan dan Tuti langsung menarik Aris, Resdi dan
Anto yang sedang asyik memainkan game onlinepun segera menarik Leo.
“Jadi seperti ini caranya seorang sahabat
nerima kritikan untuk kebaikan sahabatnya sendiri!” Ujar Leo yang menutupi
pipinya, sambil menatap Aris, setelah hantaman dari Aris yang mendarat keras di
pipinya. Leo meneruskan perkataannya “Kalau begitu, kamu urus saja diri kamu
sendiri. Aku gamau lagi gabung sama geng ini!” Leo pun pergi meninggalkan warung
Pak Joni.
***
“Kamu
masih ingat sama Nia Ris?” Tanya Leo membuka percakapan, setelah dipersilahkan
duduk oleh Aris.
“Nia?
Astagfirullah. Nia di mana sekarang?”
“Jeh,
kambing ini anak, giliran cewek, semangat” Gumam Leo.
***
Satu
Bulan setelah keributan yang terjadi di warung Pak joni. Aris dan gengnya duduk
menyaksikan pertandingan persahabatan dalam bidang Basket, anatara SMA Negeri 1
Kuingin melawan SMA Negeri 1 Kutakingin. Lapangan Basket yang ramai sejak pukul
08.00 ini membuat Aris dan gerombolan gengnya penasaran. Hingga rencana
untuk kumpul di Warung Pak Joni pun ikut
dibatalkan.
“Eh,
itu cewek yang duduk di sana siapa yah?” Ucap Aris, yang menatap ke arah
penonton yang ada di sebelah Timur.
Iwan
dengan sigap berkata “Wah… cantik sangat yah”
“Dasar
cowok! Tidak bisa lihat yang bening sedikit” Ketus Tuti.
“Iri
saja kamu Tut!” Gumam Iwan.
“Siapa
dia Tut?” Tanya Aris kepada Tuti.
“Oh,
itu yang ada lesung pipinya? Pake jam tangan warna biru dongker?
“Iyah
itu”
“Namanya
Karunia, biasa dipanggil Nia. Kelas 12 IPA”
“Wah!
Kamu sudah seperti intel yah Tut” Ketus Iwan.
Aris
yang sudah tahu nama dari wanita berlesung pipi itu, berjalan untuk pindah
tempat kesebelah Timur, agar bisa lebih dekat dengan wanita yang bernama Nia
itu. sesampainya Aris di tempat Nia duduk, ia menggeser Umar yang duduk
disebelah kanan Nia, dengan tujuan agar Aris bisa langsung bersebelahan dengan
Nia.
Setelah
duduk di samping Nia, Aris membuka percakapan dengan menyapa “Hallo” Sapa Aris
dengan nada manja. Sapaan Aris mengahncurkan konsentrasi Nia pada pertandingan “Eh,
Hai”
“Apa
benar namamu Nia?” Tanya Aris.
“Iyah
betul, kamu tahu dari mana? Sebentar, kamu Aris, ketua Sosial Geng kan?”
“Hah!
Kamu tahu dari mana?” Aris tertegup, saat Nia bertanya padanya.
Nia
kembali melanjutkan perkataannya sambil sesekali melihat mata Aris “Siswa/I kelas
mana yang tidak mengenalimu? Nama kamu sudah tersebar luas ke semua kelas. Bahkan,
namamu sudah sampai pada meja persidangan dewan guru!”
Aris
yang penasaran dengan kata-kata Nia pun kembali bertanya “Wah, kamu tahu dari
mana kalau namaku menjadi pembahasan di meja persidangan guru?”
“Leo!
Aku tahu dari Leo kelas 12 Bahasa, 3 minggu yang lalu dia bercerita kepadaku”
Obrolan
di tengah pertandingan Basket, antara Aris dengan Nia tak terhindarkan. Namun pada
saat Aris sedang penasaran dengan cerita yang dikisahkan Leo kepada Nia. Teman Nia
yang duduk di sebelah kiri Niapun berbisik, ia berbisik unuk mengajak Nia masuk
kelas, karena harus mengikuti ulangan Fisika “Nia, masuk kelas yuk! Hari ini kan
ada ulangan Fisika” Nia menajawab “Iyah Rin, ayo kita masuk!”
Nia
dan Rin berdiri, kemudian berjalan meninggalkan lapangan Basket. Sebelum Nia
pergi, ia mengatakan sesuatu kepada Aris “Aku harus masuk kelas.”
“Tapi,
bagaimana dengan cerita Leo?” Tanya Aris, dengan nada lirih, bermaksud menahan
Nia agar tidak masuk kelas.
“Nanti
selepas pulang sekolah, temui aku di depan Perpustakaan, akan ku ceritakan
semuanya”
“Baiklah,
kalau begitu” Ujar Aris dengan pasrah.
***
“Lah
bagaimana aku tidak semangat Le? Orang dia yang bisa mengembalikan persahabatan
kita” Ucapku kepada Leo yang mengejeku.
“Haha,
kamu benar Ris. Kalau tidak ada dia, mungkin aku tidak akan mengunjungimu pagi
ini”
“Nah,
maka dari itu Le. Yasudah, kamu tunggu saja di sini ya, aku mau mandi dulu. Baru
setelah itu, kita lanjutkan obrolan tentang pengumuman yang kamu bawa” Aku
menahan Leo agar tidak kemana-mana, kemudian aku pergi ke kamar mandi.
***
Terore… teroret…
teroret bel pulang berbunyi, satu persatu siswa/I SMA Negeri
1 Kuingin mulai meninggalkan kelas, dan pulang kerumah masing-masing. Ada juga
yang langsung melanjutklan kegiatan ekstrakulikluler. Lain hal nya dengan Aris,
ia tidak langsung pulang bukan untuk melanjutkan kegiatan ekstrakulikuler,
melainkan untuk melanjutkan obrolannya dengan Nia. Berjalan dari kelas 12 IPS
yang berada di bagian Barat, Aris berjalan dengan terburu-buru sambil terus
membayangkan obrolannya dengan Nia.
Pada
saat Aris sampai di depan kelas 12 Bahasa, ia berjumpa dengan Leo, Aris
bermaksud untuk menyapa Leo, namun Leo tidak memperdulikan sapaan Aris
kepadanya. Leo langsung membuang muka dan pergi menuju ruang Jurnalis.
Aris
pun demikian, setelah merasa tak dihiraukan oleh Leo, ia pun melanjutkan
perjalanannya menuju perpustakaan. Dan setelah sampai di depan Perpustakaan, ia
mendapati Nia sedang duduk dengan raut wajah yang berseri.
“Eh,
maaf yah aku terlambat” Ucap Aris.
“Iyah,
tidak apa-apa. Santai saja.” Jawab Nia.
“Tadi
aku bertemu dengan Leo.”
“Lalu?”
“Ya,
aku menyapanya, namun ia tak mendengarkan sapaanku.”
“Bagus
kalau begitu!”
“Bagus?
Memangnya kenapa?”
“Bagus
jika dia bersikap seperti itu, karena itu akan membuatmu sadar”
“Memangnya
apa yang salah denganku?”
“Begini,
3 minggu yang lalu Leo bercerita tentang keributan yang terjadi di warung Pak
Joni. Dan kamu memukulnya dengan keras, hanya karena kamu tidak suka dengan
perkataanya”
Aris
hanya berdiam diri sambil memasang raut wajah emosi, mendengarkan Nia berkata seperti
itu. Tanpa memberikan kesempatan Aris untuk berbicara, Nia kembali melanjutkan
perkataannya “Kamu harusnya bersyukur, dan berterimakasih kepada Leo!”
Dengan
sigap Aris memotong perkataan Nia “Bersyukur dan berterimakasih seperti apa? Jelas-jelas
dia sudah membandingkanku dengan Banci! Bagaimana aku akan bersyukur dan
berterimakasih padanya?”
Nia
menatap mata Aris dan melanjutkan perkataanya “Kamu diam sebentar yah, biar aku
selesaikan perkataanku yang tadi” Aris menolak tatapan Nia, ia memalingkan
wajahnya dari Nia.
“Apa
kamu tahu kenapa Leo dipanggil guru BK? Lalu kenapa namamu bisa tercium sampai
Dewan Guru?”
Aris
tertegup mendengar pertanyaan Nia, dan kemudian berkata “Tidak, orang dia tidak
cerita apa-apa”
“Leo
dipanggil guru BK karena dia mengaku bahwa dirinya adalah aktor utama dari
semua keonaran yang kamu lakukan. Itu menyebabkan, Leo mendapat Surat
Peringatan dan Surat Panggilan Orang Tua”
“Hah!
Apa benar semua yang kamu katakan?” Aris bertanya dengan kaget.
“Seharusnya
kamu sadar akan hal itu, bukan malah memukulnya. Dia mencacimu bukan berarti
membencimu, tapi dia perduli denganmu”
“Kenapa
kamu baru menceritakan ini kepadaku?”
“Karena
aku bukan pengirim pesan antara si Bisu dan si Buta, sekarang, lebih baik kamu
datangi Leo dan minta maaf padanya”
“Baiklah,
aku akan menemuinya, dan aku berjanji padamu akan mengakhiri semua tingkah laku
yang tidak terpuji dari aku dan kawan-kawanku”
“Kamu
tidak perlu berjanji padaku, kamu cukup berjanji pada dirimu sendiri, karena
dengan begitu, kamu akan dengan ikhlas untuk berubah menjadi pribadi yang lebih
baik lagi”
Aris
berdiri dan mengusap matanya yang berkaca-kaca saat mendengar kata demi kata
dari Nia “Baiklah, kalau begitu, aku sangat berterimaksih kepadamu. Aku harus
pergi menemui Leo dan meminta maaf padanya” Nia hanya tersenyum sambil menatap
Aris dan berkata “Aku harap suatu saat nanti kamu bisa berkuliah di Perguruan
Tinggi Negeri yang sering kamu khayalkan bersama Leo”
***
“Kamu
mandi lama sekali sih Ris, sudah seperti cewek saja!” Gumam Leo yang terus
menatapi smartphonenya.
“Ah,
baru juga berapa menit. Sudah dibilang lama saja. Oh ya, kamu belum menjawab
pertanyaanku Le.”
“Pertanyaan
yang mana Ris?”
“Tentang
Nia Le!”
“Hmmm…
Kamu tidak dapat kabarnya?”
“Aku
kan tidak punya smartphone Le! Bagaimana aku akan mendapatkan kabar?”
“Dia
mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju Aceh, Pesawat yang
ditumpanginya mengalami gagal mesin dan jatuh ke peraiaran, pada saat melewati
selat malaka. Dan dikabarkan oleh awak media, bahwa tidak ada penumpang yang
selamat”
Aris
tercengang mendengar berita Nia yang mengalami kecelakaan. Tanpa bersuara
sedikitpun. Leo kembali melanjutkan “Sebelum ia berangkat, dia sempat
mengirimkan surat untukmu. Usaplah air matamu, dan ini, bacalah surat darinya”
Leo menyodorkan secarik surat kepada Aris. Aris
mengusap air matanya, dan mengambil surat yang di sodorkan oleh Leo. Isi surat
itu ialah
Jati, 15 Juli 2021
Karunia
Harapan
Sejak
awal dirimu menghampiriku
Aku
merasakan sebuah rasa yang sulit untuk ku ungkapkan. Namun, begitu pekik aku
rasakan. Kusimpan jauh-jauh rasa ini. Rasa yang hampir membuatku mati. Kau tahu
rasa apa ini? Ya, saat kau berjanji padaku, disitulah detak jantungku mulai
berdebar. Rasa yang kurasakan semakin menjadi.
Lewat
surat ini ingin aku ungkapkan “Aku menyimpan harapan besar kepadamu” Dan kini,
harapan itu sudah kau wujudkan dengan keberhasilanmu masuk kedalam Perguruan
Tinggi Negeri yang kau harapkan itu. Dan kau berhasil merubah dirimu menjadi
pribadi yang baik dari sebelumnya.
Terimakasih
atas perwujudan harapan yang telah aku sematkan padamu. Sampai jumpa di lain
tempat.
Hormat saya
Karunia
Selesai…
#OneDayOnePost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar