Harapan - One Day One Post

Breaking

Jumat, 31 Agustus 2018

Harapan

sumber foto : www.google.co.id
Oleh : Muhammad Rafiyudin


“Bagaimana bisa aku diterima?” Ujarku dengan kaget, saat Leo memberitahu hasil seleksi PTN (Perguruan Tinggi Negeri)

Leo menjawab dengan nada mengejek, sambil memeberi wejangan kepadaku “Ya, bisalah! Tuhan selalu punya cara untuk hamba-Nya”  Leo adalah sahabat dekatku dari sejak SMP sampai detik ini, postur badannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu gemuk, rambutnya kriting seperti ombak Pantai Sawarna, hobinya bermain game online.

Pagi ini, Leo datang kerumahku yang berada di Dusun Kramat menggunakan motor legendanya yang bisa dibilang sudah hampir punah. Mengetuk pintu rumah dan berteriak memanggil namaku. Lalu memberitahu pegumuman itu.

“Heh! Kamu jangan bercanda Le!” Gumamku dengan nada tinggi, sambil mengusap kantung mata yang masih berat untuk diangkat.

“Kamu ini Ris… Ris. Ada tamu membawa kabar gembira, bukannya disuruh duduk, malah dibentak-bentak” Ketus Leo kepadaku.

“Ah, kamu ini. Seperti baru pertama kali saja kerumahku. Pake nunggu disuruh dulu. Biasanya juga langsung ke dapur nyari makanan.”

“Hehehe…”

Dari dalam rumah, terdengar suara Ibu yang berjalan keluar dengan membawa dompet kecil warna hitam ditangan kirinya sambil bertanya “Ada siapa Ris? Kok tidak disuruh masuk”

Leo dengan sigap menyapa Ibu dan mencium tangan Ibu sebagai tanda sungkem “Eh, Ibu Lilis. Apa kabar Bu?”

“Oh, Leo rupanya. Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?”

“Alhamdulillah Bu, hehe”

“Yasudah, silahkan dilanjut ya, Ibu mau ke Pasar”

Aku dan Leo hanya mengangguk dan mencium tangan Ibu, Ibu pun memasukan dompet warna hitam kedalam saku sebelah kirinya, lalu berangkat meninggalkan aku dan Leo.

***

Pertengahan 2018 adalah awal Aris menginjakan kaki di SMA (Sekolah Menengah Atas) Aris diterima di SMA Negeri 1 Kuingin. Sekolah yang baru saja diresmikan penegeriannya satu tahun yang lalu. Aris dan Leo diterima di sekolah yang sama, namun mereka tidak satu jurusan. Aris masuk kedalam jurusan IPS(Ilmu Pengetahuan Sosial), sedangkan Leo masuk keadalam Jurusan Bahasa. Tentu saja ini membuat Aris bekerja keras untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya di SMA.

Seiring berjalannya waktu, Aris sudah mulai bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya. Tentu saja, dengan tidak melupakan Leo. Bahkan, Aris membuat sebuah geng yakni, “Sosial Geng” Tujuan dibuat geng ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antar anak jurusan IPS. Namun, apadaya geng ini malah melenceng dari tujuan awalnya, anggota dari geng ini, ialah anak-anak yang bisa dibilang nakal.  Jadi tidak heran jika geng ini sering berbuat onar di sekolah.

Satu tahun terlewati, Aris dan gerombolan gengnya semakin menjadi-jadi. Setelah satu tahun menjadi geng yang dipandang sebelah mata oleh para siswa/I, kini mereka mulai menonjolkan diri. Namun sangat disayangkan, Aris dan gerombolan gengnya ini menonjolkan dirin melalui hal-hal negativ, yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pelajar. Mereka sering bolos ke warung belakang saat jam pelajaran, mereka sering merokok di warung Pak Joni pada jam istirahat, melakukan pemalakan kepada adik kelas dan anak IPA, dan lain sebagainya. Kegiatan mereka terus sepert itu, hingga pada akhirnya nama geng mereka berada dalam perbincangan tertinggi di Sekolah. Aris menjadi pemeran utama dalam setiap kegiatan negativ yang ia dan kawan-kawannya lakukan.

Senin, 16 Juli 2020. Di mana saat itu adalah hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran 2020/2021. Ya, tepatnya pada saat Aris duduk di bangku kelas 3 SMA. Pukul 09.30 Leo menghampiri Aris yang sedang merokok berasama Resdi, Iwan, Anto, dan Tuti di warung Pak Joni, Leo dengan raut wajah kesalnya akibat di panggil oleh guru BK ( bimbingan Konseling) membanting buku catatan Bahasa Indonesia ke meja yang ada di depan Aris  Prak… “Akan sampai kapan kita seperti ini!?” Bantingan buku membuat suasana warung Pak Joni menjadi hening selama beberapa detik. Tuti yang sedang asyik bermain game online bersama Resdi, Iwan, dan Anto pun bertanya kepada Leo dengan heran “Lu kenapa Le?”

“Iyah ni, kamu kenapa Le? Kalo ada masalah bicarain baik-baik dong!” Ketus Iwan.  Anto dan Resdi hanya melongo melihat Tuti dan Iwan bertanya kepada Leo, sambil terus memegang ponsel androidnya. Sedangkan Aris masih tetap duduk santai di kursinya, sambil terus memainkan asap rokok,

Leo memulai ceramahnya, setelah Tuti dan Iwan bertanya kepadanya “Kalian sadar tidak sih? Kita sudah kelas 3 guys! Apa kita akan terus seperti ini? melakukan pemalakan kepada adik kelas dan anak IPA, bolos ke warung belakang pada saat jam pelajaran?”

“Wih, ini anak sudah besar ya. Haha” Ejek Tuti setelah mendengar ceramahan Leo. Ejekan Tuti mengundang Iwan, Resdi, dan Anto tertawa.

“Diam!” Leo membentak Tuti. Bentakan Leo mengundang Iwan untuk berbicara.

“Eh, Le! Kamu sama cewek jangan kasar dong! Banci banget sih! Kalo mau main kasar sama aku sini!” Tantang Iwan kepada Leo.

“Oh jadi kamu anggap aku Banci? Lebih banci mana sama orang-orang yang sukanya bolos, ngerokok dan malakin orang!?”

Mendengar kalimat Leo yang menyinggung hatinya, Aris pun membuang rokoknya ketanah lalu berdiri menatap Leo, kemudian menghampiri Leo dengan tangan mengepal Buk… Kepalan tangan Aris mendarat keras di pipi Leo “Maksud kamu apa! Kamu gasuka sama apa yang aku lakuin!?” Susana warung Pak Joni semakin tegang. Iwan dan Tuti langsung menarik Aris, Resdi dan Anto yang sedang asyik memainkan game onlinepun segera menarik Leo.

 “Jadi seperti ini caranya seorang sahabat nerima kritikan untuk kebaikan sahabatnya sendiri!” Ujar Leo yang menutupi pipinya, sambil menatap Aris, setelah hantaman dari Aris yang mendarat keras di pipinya. Leo meneruskan perkataannya “Kalau begitu, kamu urus saja diri kamu sendiri. Aku gamau lagi gabung sama geng ini!” Leo pun pergi meninggalkan warung Pak Joni.

***

“Kamu masih ingat sama Nia Ris?” Tanya Leo membuka percakapan, setelah dipersilahkan duduk oleh Aris.

“Nia? Astagfirullah. Nia di mana sekarang?”

“Jeh, kambing ini anak, giliran cewek, semangat” Gumam Leo.

***

Satu Bulan setelah keributan yang terjadi di warung Pak joni. Aris dan gengnya duduk menyaksikan pertandingan persahabatan dalam bidang Basket, anatara SMA Negeri 1 Kuingin melawan SMA Negeri 1 Kutakingin. Lapangan Basket yang ramai sejak pukul 08.00 ini membuat Aris dan gerombolan gengnya penasaran. Hingga rencana untuk  kumpul di Warung Pak Joni pun ikut dibatalkan.

“Eh, itu cewek yang duduk di sana siapa yah?” Ucap Aris, yang menatap ke arah penonton yang ada di sebelah Timur.

Iwan dengan sigap berkata “Wah… cantik sangat yah”

“Dasar cowok! Tidak bisa lihat yang bening sedikit” Ketus Tuti.

“Iri saja kamu Tut!” Gumam Iwan.

“Siapa dia Tut?” Tanya Aris kepada Tuti.

“Oh, itu yang ada lesung pipinya? Pake jam tangan warna biru dongker?

“Iyah itu”

“Namanya Karunia, biasa dipanggil Nia. Kelas 12 IPA”

“Wah! Kamu sudah seperti intel yah Tut” Ketus Iwan.

Aris yang sudah tahu nama dari wanita berlesung pipi itu, berjalan untuk pindah tempat kesebelah Timur, agar bisa lebih dekat dengan wanita yang bernama Nia itu. sesampainya Aris di tempat Nia duduk, ia menggeser Umar yang duduk disebelah kanan Nia, dengan tujuan agar Aris bisa langsung bersebelahan dengan Nia.

Setelah duduk di samping Nia, Aris membuka percakapan dengan menyapa “Hallo” Sapa Aris dengan nada manja. Sapaan Aris mengahncurkan konsentrasi Nia pada pertandingan “Eh, Hai”

“Apa benar namamu Nia?” Tanya Aris.

“Iyah betul, kamu tahu dari mana? Sebentar, kamu Aris, ketua Sosial Geng kan?”

“Hah! Kamu tahu dari mana?” Aris tertegup, saat Nia bertanya padanya.

Nia kembali melanjutkan perkataannya sambil sesekali melihat mata Aris “Siswa/I kelas mana yang tidak mengenalimu? Nama kamu sudah tersebar luas ke semua kelas. Bahkan, namamu sudah sampai pada meja persidangan dewan guru!”

Aris yang penasaran dengan kata-kata Nia pun kembali bertanya “Wah, kamu tahu dari mana kalau namaku menjadi pembahasan di meja persidangan guru?”
“Leo! Aku tahu dari Leo kelas 12 Bahasa, 3 minggu yang lalu dia bercerita kepadaku”

Obrolan di tengah pertandingan Basket, antara Aris dengan Nia tak terhindarkan. Namun pada saat Aris sedang penasaran dengan cerita yang dikisahkan Leo kepada Nia. Teman Nia yang duduk di sebelah kiri Niapun berbisik, ia berbisik unuk mengajak Nia masuk kelas, karena harus mengikuti ulangan Fisika “Nia, masuk kelas yuk! Hari ini kan ada ulangan Fisika” Nia menajawab “Iyah Rin, ayo kita masuk!”

Nia dan Rin berdiri, kemudian berjalan meninggalkan lapangan Basket. Sebelum Nia pergi, ia mengatakan sesuatu kepada Aris “Aku harus masuk kelas.”

“Tapi, bagaimana dengan cerita Leo?” Tanya Aris, dengan nada lirih, bermaksud menahan Nia agar tidak masuk kelas.

“Nanti selepas pulang sekolah, temui aku di depan Perpustakaan, akan ku ceritakan semuanya”

“Baiklah, kalau begitu” Ujar Aris dengan pasrah.

***

“Lah bagaimana aku tidak semangat Le? Orang dia yang bisa mengembalikan persahabatan kita” Ucapku kepada Leo yang mengejeku.

“Haha, kamu benar Ris. Kalau tidak ada dia, mungkin aku tidak akan mengunjungimu pagi ini”

“Nah, maka dari itu Le. Yasudah, kamu tunggu saja di sini ya, aku mau mandi dulu. Baru setelah itu, kita lanjutkan obrolan tentang pengumuman yang kamu bawa” Aku menahan Leo agar tidak kemana-mana, kemudian aku pergi ke kamar mandi.

***

Terore… teroret… teroret bel pulang berbunyi, satu persatu siswa/I SMA Negeri 1 Kuingin mulai meninggalkan kelas, dan pulang kerumah masing-masing. Ada juga yang langsung melanjutklan kegiatan ekstrakulikluler. Lain hal nya dengan Aris, ia tidak langsung pulang bukan untuk melanjutkan kegiatan ekstrakulikuler, melainkan untuk melanjutkan obrolannya dengan Nia. Berjalan dari kelas 12 IPS yang berada di bagian Barat, Aris berjalan dengan terburu-buru sambil terus membayangkan obrolannya dengan Nia.

Pada saat Aris sampai di depan kelas 12 Bahasa, ia berjumpa dengan Leo, Aris bermaksud untuk menyapa Leo, namun Leo tidak memperdulikan sapaan Aris kepadanya. Leo langsung membuang muka dan pergi menuju ruang Jurnalis.

Aris pun demikian, setelah merasa tak dihiraukan oleh Leo, ia pun melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan. Dan setelah sampai di depan Perpustakaan, ia mendapati Nia sedang duduk dengan raut wajah yang berseri.

“Eh, maaf yah aku terlambat” Ucap Aris.

“Iyah, tidak apa-apa. Santai saja.” Jawab Nia.

“Tadi aku bertemu dengan Leo.”

“Lalu?”

“Ya, aku menyapanya, namun ia tak mendengarkan sapaanku.”

“Bagus kalau begitu!”

“Bagus? Memangnya kenapa?”

“Bagus jika dia bersikap seperti itu, karena itu akan membuatmu sadar”

“Memangnya apa yang salah denganku?”

“Begini, 3 minggu yang lalu Leo bercerita tentang keributan yang terjadi di warung Pak Joni. Dan kamu memukulnya dengan keras, hanya karena kamu tidak suka dengan perkataanya”

Aris hanya berdiam diri sambil memasang raut wajah emosi, mendengarkan Nia berkata seperti itu. Tanpa memberikan kesempatan Aris untuk berbicara, Nia kembali melanjutkan perkataannya “Kamu harusnya bersyukur, dan berterimakasih kepada Leo!”

Dengan sigap Aris memotong perkataan Nia “Bersyukur dan berterimakasih seperti apa? Jelas-jelas dia sudah membandingkanku dengan Banci! Bagaimana aku akan bersyukur dan berterimakasih padanya?”

Nia menatap mata Aris dan melanjutkan perkataanya “Kamu diam sebentar yah, biar aku selesaikan perkataanku yang tadi” Aris menolak tatapan Nia, ia memalingkan wajahnya dari Nia.

“Apa kamu tahu kenapa Leo dipanggil guru BK? Lalu kenapa namamu bisa tercium sampai Dewan Guru?”

Aris tertegup mendengar pertanyaan Nia, dan kemudian berkata “Tidak, orang dia tidak cerita apa-apa”

“Leo dipanggil guru BK karena dia mengaku bahwa dirinya adalah aktor utama dari semua keonaran yang kamu lakukan. Itu menyebabkan, Leo mendapat Surat Peringatan dan Surat Panggilan Orang Tua”

“Hah! Apa benar semua yang kamu katakan?” Aris bertanya dengan kaget.

“Seharusnya kamu sadar akan hal itu, bukan malah memukulnya. Dia mencacimu bukan berarti membencimu, tapi dia perduli denganmu”

“Kenapa kamu baru menceritakan ini kepadaku?”

“Karena aku bukan pengirim pesan antara si Bisu dan si Buta, sekarang, lebih baik kamu datangi Leo dan minta maaf padanya”

“Baiklah, aku akan menemuinya, dan aku berjanji padamu akan mengakhiri semua tingkah laku yang tidak terpuji dari aku dan kawan-kawanku”

“Kamu tidak perlu berjanji padaku, kamu cukup berjanji pada dirimu sendiri, karena dengan begitu, kamu akan dengan ikhlas untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi”

Aris berdiri dan mengusap matanya yang berkaca-kaca saat mendengar kata demi kata dari Nia “Baiklah, kalau begitu, aku sangat berterimaksih kepadamu. Aku harus pergi menemui Leo dan meminta maaf padanya” Nia hanya tersenyum sambil menatap Aris dan berkata “Aku harap suatu saat nanti kamu bisa berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang sering kamu khayalkan bersama Leo”

***

“Kamu mandi lama sekali sih Ris, sudah seperti cewek saja!” Gumam Leo yang terus menatapi smartphonenya.

“Ah, baru juga berapa menit. Sudah dibilang lama saja. Oh ya, kamu belum menjawab pertanyaanku Le.”

“Pertanyaan yang mana Ris?”

“Tentang Nia Le!”

“Hmmm… Kamu tidak dapat kabarnya?”

“Aku kan tidak punya smartphone Le! Bagaimana aku akan mendapatkan kabar?”

“Dia mengalami kecelakaan pada saat perjalanan menuju Aceh, Pesawat yang ditumpanginya mengalami gagal mesin dan jatuh ke peraiaran, pada saat melewati selat malaka. Dan dikabarkan oleh awak media, bahwa tidak ada penumpang yang selamat”

Aris tercengang mendengar berita Nia yang mengalami kecelakaan. Tanpa bersuara sedikitpun. Leo kembali melanjutkan “Sebelum ia berangkat, dia sempat mengirimkan surat untukmu. Usaplah air matamu, dan ini, bacalah surat darinya” Leo menyodorkan secarik surat kepada Aris. Aris mengusap air matanya, dan mengambil surat yang di sodorkan oleh Leo. Isi surat itu ialah



Jati, 15 Juli 2021
Karunia
Harapan
Sejak awal dirimu menghampiriku
Aku merasakan sebuah rasa yang sulit untuk ku ungkapkan. Namun, begitu pekik aku rasakan. Kusimpan jauh-jauh rasa ini. Rasa yang hampir membuatku mati. Kau tahu rasa apa ini? Ya, saat kau berjanji padaku, disitulah detak jantungku mulai berdebar. Rasa yang kurasakan semakin menjadi.
Lewat surat ini ingin aku ungkapkan “Aku menyimpan harapan besar kepadamu” Dan kini, harapan itu sudah kau wujudkan dengan keberhasilanmu masuk kedalam Perguruan Tinggi Negeri yang kau harapkan itu. Dan kau berhasil merubah dirimu menjadi pribadi yang baik dari sebelumnya.
Terimakasih atas perwujudan harapan yang telah aku sematkan padamu. Sampai jumpa di lain tempat.


Hormat saya

Karunia
Selesai…

#OneDayOnePost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages