Jago Nulis Bukan Jaminan Lulus ODOP - One Day One Post

Breaking

Minggu, 23 September 2018

Jago Nulis Bukan Jaminan Lulus ODOP


Oleh: Suden Basayev
Menjadi peserta One Day One Post Community, memang bukan perkara mudah. Ketika setiap hari harus menyetor tulisan, tidak peduli sedang mood menulis ataukah tidak. Sejak awal pembukaan di setiap batch, sudah mulai satu persatu peserta yang berguguran. Ini menunjukkan memang bukan hal yang mudah mengikuti aturan di komunitas kepenulisan yang satu ini.


Dalam sambutannya kepada peserta batch baru, pencetus komunitas ini, Bang Syaiha, menyampaikan bahwa memang ODOP bukan tempat yang paling ideal untuk belajar menulis. Komunitas ini banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. "Terimalah ODOP apa adanya," kata beliau, "karena kalau nyari yang sempurna, nanti malah nggak dapet-dapet, loh ...." (Anjuran yang bagus juga buat para jomblowers, red.).



Menurut Bang Syaiha, terkadang kesempurnaan itu akan datang ketika kita sudah bisa membuka hati terhadap apa pun yang kita terima. "Jadikan ODOP sebagai tempat sarana belajar, bukan sarana bangga-banggaan."



Founder ODOP ini menyadari peserta batch baru tidak hanya dari kalangan pemula banget,beberapa peserta bahkan banyak yang sudah malang-melintang di dunia kepenulisan, menjuarai lomba-lomba dan karyanya dimuat di media massa. Maka Bang Syaiha mengingatkan, "Kalau nanti ada pengisi yang mungkin, menurut kamu biasa saja, maka dengerin aja lah."



Bang Syaiha meningatkan pada perkataan Imam Syafi'ie, "Saya akan duduk khidmat mendengarkan sebuah ilmu, seperti orang yang baru pertama kali mendapatkannya, walau sebenarnya saya sudah ribuan kali memahami ilmu itu."



"Kita sama-sama belajar. Sama-sama berbenah," pungkasnya. "Terimalah apa pun yang akan disuguhkan para pije nanti ...."



Dari apa yang disampaikan Bang Syaiha, maka kita merasa perlu menggarisbawahi, mengikuti ODOP sekali lagi bukan perkara mudah. Kita bahkan harus berani mengatakan, seseorang yang memang sudah jago dalam menulis, belum tentu dia mampu bertahan di ODOP sampai kelulusan. Di ODOP dituntut untuk menulis setiap hari, menerima materi kepenulisan, menulis tantangan yang diberikan, saling membaca karya teman lewat blog walking, saling bedah karya di grup masing-masing, dan sebagainya. Ritme yang harus diikuti menuntut keseriusan, konsekuensi, dan keterbukaan hati dalam menerima segala masukan.



Peserta yang sudah wara-wiri di dunia kepenulisan bisa jadi punya masalah dengan konsistensi menulis harian, bahkan ada satu-dua yang merasa di ODOP dia lebih dari peserta lainnya, sehingga apa yang diatur oleh para PJ dianggap remeh. Perasaan merasa lebih ini harus ditiadakan di sini, sebagaimana saran Bang Syaiha.



Para peserta yang benar-benar newbie jangan pernah merasa minder. Ikuti saja semua aturan main di ODOP. Jangan suka hutang tulisan kalau tidak mau merasakan berat. Pupuk semangat dengan membaca karya teman yang lain. Selalu terbuka menerima ilmu apa pun.



Ada nggak peserta yang sudah jago nulis tapi gugur di ODOP? Ada. Ada nggak peserta yang benar-benar awam tapi lulus di ODOP? Banyak. Jadi, jago menulis bukan berarti mudah lulus di ODOP. Meski seharusnya yang jago menulis lebih mudah menghadapi tantangan harian. Suatu paradoks yang tidak bisa dimungkiri.

4 komentar:

  1. kesulitan terbesar seorang penulis adalah "menyediakan" waktu yg cukup, memberikan poesi yag banyak untuk sebuah ide, dan rasa kebwbasan berekspresi...beberapa peserta odop batch 6 ini, selalu berjibaku dgn waktu dan kesempatan, hanya untuk melahirkan sebuah tulisan (pata ibu).Tetapi sesungguhnya sangat menyenangkan berada di komuni5as ini, bertabur ilmu, dan mengenal karakter baru... ngomong2 paradoks apaan ya artinya ???

    BalasHapus
  2. Betul...betul...betul...
    Saya merasakannya. Harus tangguh. Semoga sampai finish ya Allah. Aamiin

    BalasHapus

Pages